contoh Perubahan Sosial
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis telah panjatkan
atas kehadirat Allah SWT sang Pencipta alam semesta, manusia, dan kehidupan
beserta seperangkat aturan-Nya, karena berkat limpahan rahmat, taufiq, hidayah
serta inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan tema “
Hilangnya Budaya Lotus Feet di Cina” yang sederhana ini dapat terselesaikan
tidak kurang daripada waktunya. Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini tidak lain untuk memenuhi salah
satu dari sekian kewajiban mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar serta merupakan bentuk langsung tanggung
jawab kami pada tugas yang diberikan.
Pada kesempatan ini, kami juga ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibuk Fannya Nailufar selaku dosen serta semua pihak yang telah
membantu penyelesaian makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Demikian pengantar yang dapat kami
sampaikan, dimana kami pun sadar bahwasannya kami hanyalah seorang manusia yang
tidak luput dari kesalahan dan kekurangan, sedangkan kesempurnaan hanya milik
Allah Azza Wa’jala hingga dalam
penulisan dan penyusunnnya masih jauh dari kata sempurna. kami hanya bisa
berharap, bahwa dibalik ketidak sempurnaan penulisan dan penyusunan makalah ini
adalah ditemukan sesuatu yang dapat memberikan manfaat atau bahkan hikmah bagi
penulis, dan pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam bahasa China,
pengikatan kaki disebut chanzu, tetapi banyak juga yang menyebutnya jinlian
yang artinya 'bunga lotus emas'. Hal tersebut disebabkan kaki wanita yang
diikat akan menyerupai bunga lotus yang belum mekar.Ukuran kaki wanita ideal
bagi mereka adalah bila berukuran kurang lebih 12 cm sampai 15 cm saja. Kaki yang sempurna adalah
kaki yang ukurannya 7,5 cm. Kaki tersebut akan mendapat julukan sancun jinlian,
atau golden lotus atau teratai emas.Tidak ada catatan resmi sejak kapan tradisi
ini dimulai. Yang ada hanya cerita rakyat dan legenda yang menceritakan
bagaimana tradisi aneh ini dimulai.
Namun, ada sedikit catatan
yang menuliskan bahwa tradisi ini mulai dikenalkan pada masa Dinasti
Tang/Tangchao (618-907) di abad ke-10. Lalu, mulai menyebar pada zaman Dinasti
Song (960-1297), namun sebatas di kalangan wanita bangsawan.
Tradisi ini mulai dikenal
luas dan diikuti oleh semua lapisan masyarakat pada zaman Dinasti Ming
(1368-1644) dan Dinasti Qing (1644-1911) hingga akhirnya mulai dilarang saat
Revolusi Sun Yat Sen pada 1911.
Meskipun demikian, ada juga
kelompok yang menghindari tradisi ini, seperti etnik Manchu dan Hakka. Mereka
menghindari tradisi ini bukan karena alasan kemanusiaan, melainkan karena
mereka kelompok paling miskin dalam kasta sosial China, sedangkan foot binding
identik dengan kalangan istana.Akibat tradisi ini, lebih
dari satu milyar wanita China telah menjadi korbannya.
1.2
Permasalahan
Praktek pengikatan kaki ini adalah suatu proses dimana menghentikan
pertumbuhan kaki sehingga didapatkannya kaki yang mungil. Dahulu di China jika
seorang laki-laki ingin menikahi wanita maka ia akan melihat dulu contoh sepatu
yang disulam oleh calon mempelainya, semakin kecil sepatunya maka semakin
bagus.
Demi meningkatkan derajat keluarga para wanita China di zaman dahulu harus
rela diikat kakinya dan menahan sakit. Pengikatan kaki ini terdapat daya
tertarik sendiri bagi para lelaki, dan bagi para perempuan mempunyai kaki yang
mungil ini dianggap suatu tren, anggun dan menunjukan tingginya status sosial
wanita tersebut.
Namun pada kenyataanya budaya lotus feet ini
adalah budaya yang membuat para perempuan di Cina tersiksa dan kesakitan.
Akhirnya
pada Tahun 1912
Lotus Feet ini sudah mulai di hapuskan. Karena mereka sudah sadar akan bahaya
Lotus Feet bagi kesehatan dan juga tak memberi manfaat. Sejarah mencatat bahwa
lebih dari satu miliar perempuan Cina yang
meninggal dikarenakan lotus feet.
Berdasar
uraian di atas yang telah kami kemukan, maka kami tertarik untuk melakukan
penelitaian dengan mengambil judul “
Hilangnya Budaya Lotus Feet di China”.
1.3
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang
telah kami kemukan sebelumnya, maka adapun rumusan masalahnya adalah sebagai
berikut:
1.
Bagaimanakah
kehidupan wanita China pada zaman dahulu dengan adanya budaya lotus feet?
2.
Apakah bentuk status menjadi wanita lotus feet murni diinginkan wanita China sendiri?
3. Apa dampak dari perkembangan Lotus feet di China dari zaman
dahulu hingga sampai sekarang ?
4. Bagaimana proses sehingga kebudayaan lotus feet ini dilarang?
1.4
Tujuan Paper
Tujuan dari
peper ini adalah
1.Untuk mengetahui kehidupan wanita China
pada zaman dahulu dengan adanya budaya
lotus feet .
2. Untuk
mengetahui apakah lotus feet murni diinginkan wanita China.
3. Untuk
mengetahui dampak dari perkembangan lotus feet di China dari zaman dahulu
hingga sekarang. dan 4. Untuk mengetahui bagaimana cara kebudayaan ini hilang di china.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Topik
Hilangnya
Budaya Lotus Feet Di China.
2.2 Penjelasan Tentang
Budaya Lotus Feet
Foot Binding adalah suatu tradisi pengikatan kaki yang
dilakukan oleh wanita-wanita china pada zaman Dinasti Tang / Tangchao (618-907)
di abad ke-10. Tradisi ini dijalani oleh wanita begitu berusia 6-7 tahun.
Semakin kecil kaki seorang gadis maka akan semakin cantik ia dipandang. Panjang
kaki seorang gadis hanya berkisar 10-15 cm saja. Kaki yang sempurna adalah kaki
yang panjangnya 3 inci (7,5 cm). Kaki yang berukuran 3 inci akan mendapat
julukan sancun jinlian, atau Golden Lotus / Teratai Emas.
Lotus feet
merupakan sebuah kebudayaan di Cina dimana para wanitanya diharuskan untuk
mengikat kakinya agar terlihat lebih kecil demi kecantikan. setiap anak
perempuan di China harus dibebat kakinya sehingga pada saat dewasa akan
memiliki kaki yang mungil yang dinamakan lotus feet (kaki
seroja).
Proses
membentuk kaki seroja dilakukan semenjak anak gadis ini masih berusia antara
dua sampai tujuh tahun. Pembebatan kaki ini biasanya dilakukan di musim dingin,
agar rasa sakit dapat dikurangi karena pengaruh suhu dingin yang membuat kebas.
Selain untuk
meningkatkan derajat keluarga si perempuan rela melakukan hal tersebut karena bagi bangsa Cina kuno mempunyai
mitos bahwa perempuan yang cantik adalah perempuan yang memiliki kaki mungil
atau yang dikenal dengan kaki seroja (lotus feet).
Sejak
si gadis kecil berusia 2 tahun, proses pengikatan sudah bisa dimulai. Untuk
masyarakat desa, biasanya pengikatan baru dimulai pada usia 13 tahun karena
mereka harus membantu orang tua untuk mengurus sawah dan perkebunan. Namun,
tidak ada yang memulainya di atas usia 13 tahun karena tulang kaki sudah
menjadi tulang keras yang sulit dibentuk. Berbeda dengan usia di bawah 13 tahun
yang tulang kakinya masih merupakan tulang rawan.
Adapun tahapan
pelaksanaannya adalah sebagai berikut :
a. Perendaman
Proses pengikatan dimulai dengan merendam kaki dengan campuran air panas, darah hewan, dan berbagai ramuan tumbuh-tumbuhan, dengan tujuan untuk melembutkan kulit.
Namun, ada juga yang memasukkan kaki ke dalam perut domba. Kemudian, dibiarkan selama kurang lebih dua jam dengan tujuan yang sama.
b. Pengikatan
Proses pengikatan dimulai dengan menyiapkan sepatu berbahan kain merah (simbol keberuntungan). Panjang sepatu kain tersebut ± 4-7 cm. Pemakaian sepatu ini harus melalui upacara keagamaan yang dilakukan di musim gugur agar pada musim dingin nanti kaki menjadi mati rasa.
c. Pemijatan
Setelah kaki direndam, proses selanjutnya adalah pemijatan. Kaki dipijat dan digosok dengan tujuan untuk menghilangkan kulit mati dan untuk mencegah timbulnya infeksi kuku kaki dipotong sependek mungkin.
d. Pemberian Tawas
Pemberian tawas dimaksudkan agar jaringan kulit dan pembuluh darah mengerut. Tawas disebar di antara jari-jari kaki. Adanya tawas juga dapat mengurangi risiko pendarahan dan pembusukan akibat keringat.
e. Pembalutan
Kain yang akan digunakan direndam terlebih dahulu dalam darah ataupun ramuan tumbuh-tumbuhan, sama seperti saat merendam kaki. Saat kain masih basah, segera balutkan ke empat jari kaki dan lipat ke arah telapak kaki. Kemudian, pembalut ditarik kearah berlawanan menuju tumit sehingga menekan tumit dan jari-jari kaki secara bersamaan. Ketika pembalut kering, ikatan kaki akan menjadi semakin erat.
f. Penjahitan
Terakhir adalah proses penjahitan. Kain yang telah membungkus kaki diikat di beberapa tempat. Maksudnya agar mencegah terurainya kain dan ikatannya.
Setiap
dua atau tiga hari sekali, ikatan akan dibuka, kaki akan dicuci dan dipakaikan
tawas. Kemudian, diikat kembali dengan lebih erat. Agar mendapatkan hasil
sempurna, si gadis kecil dipakaikan sepatu khusus dan dipaksa untuk berjalan
berkeliling
Hasil kaki seroja yang ideal dengan
panjang 7-9 sentimeter didapatkan setelah dilakukan pembebatan selama dua
tahun. Si gadis memang masih dapat berjalan meskipun dengan perlahan-lahan. Dia
akan lebih banyak bertumpu pada tumit (heel) dan gaya berjalannya akan
sedikit menekuk lututnya dan berlenggak-lenggok (sway). Gaya berjalan
ini dinamakan Lotus Gait dan dianggap menggemaskan secara seksual oleh
para pria. Meskipun kaki mungil ini sering dianggap seksi oleh pria, penampilan
fisik sesungguhnya dari kaki ini justru jauh dari menarik. Kaki yang sudah
cacat ini sering mengalami infeksi dan mengeluarkan bau yang busuk. Oleh
karenanya dalam bercinta si wanita tetap mengenakan kaus kaki dan sepatu
lotusnya.
Namun, banyak diantara mereka yang gagal
membentuk kaki mereka seperti bunga lotus yang kuncup, mengeluarkan daging
hingga nanah tanpa membentuk bunga lotus. Tidak sedikit pula yang meninggal
akibat menderita infeksi yang berkepanjangan.
Selama berabad-abad praktek ekstrem yang menyakitkan ini dilakukan, dan berhasil
dihentikan ketika rezim komunis berkuasa.
a.
Aspeknya : Dalam aspek sosial kenyataanya
pada masa feodal wanita China yang hidup didaerah pedesaan sedikit beruntung
daripada wanita dari kalangan keluarga bangsawan. Wanita yang hidup dari
kalangan bangsawan harus menerima kenyataan praktek pengikatan kaki (Foot
Binding) sejak usia mereka 4-7 tahun. budaya yang bertahan selama seribu
tahun ini dimulai sekitar abad ke 10 dan mula-mula hanya dijalankan pada
gadis-gadis kecil keluarga bangsawan kaya dengan pandangan kaki yang kecil
melambangkan keindahan dan kemakmuran (karena wanita ini tidak perlu bekerja
dan semua pekerjaan rumah tangga dilakukan oleh pembantu). Kaki yang mungil ini
juga melambangkan idaman seksual bagi pria priayi di zaman itu. Oleh karena
status sosial yang dipandang tinggi ini, maka pada abad ke 17, semua gadis dari
suku Han mulai dari golongan kaya sampai miskin dibebat kakinya (foot
binding). Praktek ini juga menjadi salah satu ciri status
sosial wanita pada masa itu, semakin kecil kaki wanita yang dikat maka, akan
dipandang semakin cantik dan tinggi status sosialnya. Kemudian pengikatan kaki
ini menjadi salah satu syarat pernikahan untuk para wanita pada masa itu.
Seorang laki-laki yang akan menikahi seorang wanita akan terlebih dahulu
melihat contoh sepatu yang disulam sendiri oleh calon mempelai wanita, semakin
kecil ukuran sepatu itu maka akan semakin baik. Seorang wanita yang kakinya di
ikat akan dinikahkan dengan seorang laki-laki yang berasal dari keluarga
menengah keatas, oleh karena itu seorang anak perempuan harus di ikat kakinya
untuk mengankat derajat keluarga.
b.
Sifat Dan Fungsi Budaya Lotus Feet : Budaya ini
bersifat memaksa karena Pada dasarnya tradisi ini merupakan sebuah penderitaan
baga para wanita China kala itu. Namun rasa sakit tersebut harus dikubur demi
memiliki kaki mungil yang diibaratkan bunga lotus. Dan Bagi wanita China kala
itu pengikatan kaki ini menjadi sebuah kewajiban karena menjadi salah satu
syarat untuk menikah. Laki-laki tidak akan mau menikahi wanita yang kakinya
tidak diikat. Itulah yang menyebabkan para ibu dengan terpaksa harus
mengikat kaki anak perempuannya. Mereka khawatir anak perempuannya tidak akan
pernah bisa menikah.
Seperti
dikutip Dailymail, hari pengikatan kaki tidak sembarang dilakukan, biasanya
dilakukan pada 24 Agustus yang bertepanan dengan hari ulang tahun “Dewi Kaki
Kecil“ atau pada 19 Februari yang merupakan hari ulang tahun Dewi Kuan Im.
Sebelum upacara pengikatan kaki dilaksanakan sang ibu memberikan sesajian dan
menyalakan dupa serta berdoa memohon agar selama proses pengikatan menghasilkan
kaki kecil yang sempurna.
Lotus feet
merupakankehendak penguasa/kalangan bangsawan yang memiliki kaki lotus feet.
Sehingga fungsinya untuk memengaruhi kehidupan masyarakat dan para wanita untuk
mencari penghargaan dan pujian dengan memiliki kaki lotus feet, serta
wanita-wanita tersebut dinikahi oleh kalangan laki-laki menengah keatas. Meskipun
demikian, ada juga kelompok yang menghindari tradisi ini, seperti etnik Manchu
dan Hakka. Mereka menghindari tradisi ini bukan karena alasan kemanusiaan,
melainkan karena mereka kelompok paling miskin dalam kasta sosial China,
sedangkan foot binding identik dengan kalangan istana. Akibat tradisi ini,
lebih dari satu milyar wanita China telah menjadi korbannya.
2.3 Perubahan Sosial Budaya Lotus Feet
Perubahan sosial yang terjadi akibat pengaruh lotus
feet zaman dahulu adalah jika seorang wanita memiliki kaki yang sangat kecil
maka status sosial mereka meningkat, mereka lebih di hormati dan juga bisa
dinikahi oleh para hartawan.
Sehingga sejak terjadinya revolusi cina pada tahun
1912 maka lotus feet ini di hapuskan. Karena pada masa revolusi ini para wanita
diwajibkan bekerja keras. Jika kaki wanita tersebut di bebat maka tenaga kerja
tidak didapatkan.
Walaupun lotus feet ini dilarang tetapi masih ada
beberapa warga yang tetap melakukannya secara tersembunyi, Melalui Revolusi Sun Yat Sen,
tradisi pengikatan kaki benar-benar dilarang. Hingga gadis-gadis yang diikat kakinya
sudah tidak disukai lagi oleh laki-laki. Anak laki-laki dari keluarga kaya kini
telah mengikuti cara berpikir yang baru. Udara segar telah berhembus di negeri
china aspek kehidupan yang menakutkan kini telah terkikis dengan revolusi
anti-pengikatan kaki.
Setelah terjadinya revolusi ini wanita
yang berkaki mungil bukan lagi wanita yang tinggi kedudukannya. melainkan
status sosialnya sesuai dengan kondisi keluarganya. Selain itu kehidupan sosial
masyarakat lebih tenang, para anak remaja dapat bermain, menari dan berjalan
dengan sempurna.
2.4
Penilaian Kelompok (objektif dan subjektif) Terkait Budaya Dan Perubahan
Sosialnya
Penilian kami terhadap objek budaya ini adalah
budaya ini merupakan budaya yang harus di hapuskan kerena budaya ini sangat
menyiksa para wanita, Wanita tidak dapat berjalan bebas menari bermain lagi
karena harus menyandang cacat yang sengaja dilakukan hanya untuk kedudukan dan
kecantikan. Akibat budaya lotus feet ini juga adanya pembangian-pembagian
derajat sosial.
Selain menyiksa budaya ini memang sangat
memperhatinkan banyak wanita cacat, bahkan meninggal akibat memperoleh kaki
teratai emas.
Penilaian kami terhadap subyek atau pelaku budaya
ini adalah kami merasa bahwa para wanita dulu di China lebih mementingkan
kedudukan dibandingankan dengan keamanan dan keselamatan. Begitu juga denga
para orang tua mereka seharusnya mengerti dan tidak melakukan budaya ini secar
terus menerus karena sangat menyiksa dan
juga bisa membunuh anaknya.
2.5
Dampak Teknologi Yang Dihasilkan Budaya Tersebut
Dalam kasus ini tidak ada dampak teknologi
yang di hasilkan oleh budaya lotus feet. Namun akibat kemajuan teknologi ini
berdampak terhadap budaya ini. Dikarenakan teknologi sinar X yang dikenal dengan ronsen maka
terlihatlah tulang kaki wanita China yang patah dan tak sempurna, merekapun
merasa aneh terhadap kaki tersebut.
Kemajuan di bidang kedokteranpun membuat
budaya ini di hapuskan karena telah terbukti bahwa kebudayaan ini bisa menyebab
infeksi, banyak bakteri dan kuman sehingga menyebabkan kelumpuhan, kebusukan di
kaki, b selain itupun nyawa mereka dapat terancam.
Setelah penghapusan lotus feet ini wanita
China yang membebat kakinya merasa menyesal dan banyak mendapat kerugian.
BAB III
PENUTUP
Kehidupan wanita China saat budaya ini berkembang sangat berbeda. Mereka
terpaksa membebat kakinya untuk mendapatkan kecantikan dan status social yang
tinggi. Selain itu juga budaya ini menjadi tren di kalangan masyarakat China
khusunya pada anak kerajaan.
Lambat laun budaya ini tersebar luas dikalangan wanita kalangan bawah
kecuali etnis Mancha dan Hakka. Selain karena kecantikan ini dilakukan karena
adanya mitos di China yaitu wanita yang paling cantik adalah wanita yang
mempunyai kaki paling munggil.
Sebenarnya kebudayaan ini merupakan sebuah kebudayaan yang dianggap
memberatkan bagi mereka para ibu yang terpaksa melakukannya, namun karena di
khawatirkan anak mereka tidak bisa menikah maka pembebatan kaki ini terpaksa
dilakukan.
Dulunya juga para lelaki China senang memilih-milih wanita. Mereka
memilih wanita yang kakinya paling kecil, karena semakin kecil kaki wanita maka
tambah cantik dan menarik si wanita itu.
Adanya lotus feet ini menyebabkan adanya pembagian status social antara
masyarakat. Mereka yang tak berlotus feet dianggap sebagai wanita yang paling
rendah dan tidak pantas dinikahi oleh seorang raja.
Walaupun ada beberapa yang terpaksa melakukannya, namun ada beberapa
wanita yang senang melakukannya. Mereka tetap menganggap wanita yang memiliki
kaki yang mungil adalah wanita yang paling cantik yang pantas menjadi
permaisuri raja. Selain itu juga mereka berpendapat wanita yang bertahan hidup
dengan kaki teratai emas ini adalah wanita yang paling unggul dibandingkan
mereka yang gugur dalam pembuatan kaki teratai emas ini.
Dahulu budaya ini sangat dielu-elukan dan selalu di praktikan. Namun
menjelang revolusi China yang mewajibkan wanita harus bekerja sebagai buruh
tani sehingga memaksa mereka harus menghentikan pembebatan kaki ini. Namun ada
juga yang tetap melakukan budaya ini secara diam-diam.
Sekarang budaya ini telah hilang dan wanita China dapat menghirup udara
bebas tanpa harus menyiksa diri untuk menjadi wanita cantik yang dilihat dari
kaki munggilnya.Proses kebudayaan ini hilang di mulai tahun 1911 melalui Revolusi Sun Yat Sen.
Lotus feet merupakan sebuah budaya yang dilakukan oleh wanita China demi
mendapatkan kecantikan dan kedudukan dengan cara membebat kaki mereka dengan
prosesnya yang sangat menyiksa. Dahulunya lotus feet ini hanya dilakukan oleh
kalangan bangsawan, namun lama-kelaman budaya ini mulai menyebar keseluruh
lapisan masyarakat kalangan bawah.
Lotus feet melambangkan wanita yang paling cantik dan status sosialnya
tinggi, jadi tak ayal mereka melakukan pembebatan kaki.Seiring berkembangnya
waktu lotus feet ini hilang dan dilarang. Selain karena berbahaya disamping itu
lotus feet dilarang karena para wanita harus bekerja.
Hingga akhirnya pada tahun 1911 melalui Revolusi
Sun Yat Sen, tradisi pengikatan kaki benar-benar dilarang dengan dikeluarkannya
undang-undang tentang pengikatan kaki (Foot Binding). Sampai pada tahun 1950-an, hanya tinggal beberapa dusun di Yunnan di mana kaum wanitanya masih menerapkan tradisi in
Lotus
feet merupakan sebuah kebudayaan di Cina dimana para wanitanya diharuskan untuk
mengikat kakinya agar terlihat lebih kecil demi kecantikan. setiap anak
perempuan di China harus dibebat kakinya sehingga pada saat dewasa akan
memiliki kaki yang mungil yang dinamakan lotus feet (kaki
seroja). Setiap para ibu di China wajib membebat kaki anak nya. Pembebatan kaki ini dilakukan dari usia anak dua tahun
sampai tiga belas tahun . Karena pada usia tersebut
tulang rawan kaki masih elastis dan mudah di bentuk. Pembebatan kaki anak usia
13 tahun ini biasanya dilakukan oleh kalangan pedesaaan karena pada usia
dibawah 13 tahun mereka harus membantu orang tuanya bersawah atau pekerjaan
lainnya.
Hingga akhirnya pada tahun 1911 melalui Revolusi
Sun Yat Sen, tradisi pengikatan kaki benar-benar dilarang dengan dikeluarkannya
undang-undang tentang pengikatan kaki (Foot Binding). Sampai pada tahun 1950-an, hanya tinggal beberapa dusun di Yunnan di mana kaum wanitanya masih menerapkan tradisi ini.
Semoga kebudayaan lotus feet tidak terulang kembali . karna budaya ini
sangat menyiksa para wanita di China.
Comments
Post a Comment